Sahabat Islamiana. Saat
ini kita berada pada pengujung tahun 2018. Beberapa hari lagi, kita akan masuk
pada tahun baru 2019. Begitulah waktu, cepat berlalu. Seolah baru kemarin kita
memasuki tahun 2018, namun kini kita segera meninggalkannya. Ketika kita
meninggalkan tahun 2018, maka kita pasti tidak akan pernah menjumpainya lagi. Karena
waktu terus berjalan maju, tak pernah berhenti, apalagi mundur. Oleh karena itu bila kita
melewatkan waktu dengan kesia-siaan maka hilangkan waktu yang kita miliki
secara percuma. Bila kita gunakan waktu kita dengan baik, maka kita terhindar
akan celaka.
Orang
yang pintar pastilah akan memanfaatkan waktunya dengan baik, menghindari
berbuat kesia-siaan, apalagi kemaksiatan. Dia akan selalu mengisi waktunya
dengan ibadah, dan sesuatu yang bermanfaat. Sehingga begitu waktu lewat, dia
tidak pernah menyesalinya, karena sudah berusaha mengisi waktu yang diberi Sang
pencipta alam semesta dengan sebaik-baiknya.
Momentum
pergantian tahun ini mengingatkan kita bahwa usia kita bertambah. Ini berarti
jatah kita untuk hidup di dunia berkurang. Jarak kita dengan kematian semakin
dekat. Coba sesekali kita benar-benar berkaca menatap diri kita. Dulu kita
masih gagah sekarang kulit sudah mengeriput, otot mulai mengendur. Rambut yang
semula hitam, kini sudah mulai memutih. Kita lihat anak-anak kita yang dulu
imut dan comel, saat ini sudah dewasa bahkan sudah mempunyai anak pula.
Begitulah perjalanan waktu yang teramat cepat.
Pergantian
tahun baru ini harus kita manfaatkan sebagai memontum untuk melakukan muhasabah
atau introspeksi diri. Ini penting untuk kita lakukan agar waktu tak berlalu
dengan sia-sia. Dalam hal ini, Imam Al-Ghozali mengajak kita untuk berhitung.
Bila manusia sehari semalam istirahat tidur selama delapan jam, dan sehari
semalam adalah 24 jam, maka dalam sehari kita sudah menggunakan waktu untuk
istirahat sebanyak sepertiganya. Bila kita diberikan umur hidup selama 60
tahun, berarti 20 tahun umur, kita gunakan hanya untuk tidur. 40 tahunnya
itulah kita bangun dan dari 40 tahun itu berapa yang kita gunakan untuk beramal
kebajikan?
Umar
Bin Khattab berpesan kepada kita untuk selalu melakukan muhasabah. Beliau berkata
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Karena dengan begitu akan
meringankan hisab kalian di hari akhir kelak.” Maka sebaiknya kita menghitung
seberapa banyak amal atau bekal yang sudah kita siapkan untuk menghadapi hari
setelah kematian.
Selanjutnya,
memontum tahun baru harus kita manfaatkan untuk melakukan pembersihan diri atau
jiwa. Allah Swt berfirman dalam suarat Al-‘Ala ayat ke 13 yang artinya “Amat
beruntunglah orang yang mensucikan dirinya”. Cara membersihkan diri adalah
dengan bertaubat dari kemaksiatan dan kembai kepada jalan ketaatan. Bukan
sekedar taubat sambal, ketika sudah hilang pedasnya kembali lagi memakannya, namun
taubat yang sungguh-sungguh. Menyesali segala perbuatan dosa dan bertekad
menjauhinya sejauh-jauhnya dan kemudian bersunggh-sungguh dalam ketaatan kepada
Allah Swt.
Pergantian
tahun pada hakikatnya juga mengingatkan kita pada datangnya kematian. Karena
setiap kita sudah diberikan jatah atau limit untuk hidup di dunia ini. Kematian
adalah suatu yang haq artinya datangnya kepada kita adalah suatu kepastian. Tak
bisa ditunda atau diundur. Oleh karena itu, hendaklah kita mempersiapkan diri
menghadapi kematian buka menjauhinya atau menghindarinya. Karena menjauhinya
dengan tidak memikirkannya adalah suatu kesia-siaan. Toh kematian tidak bisa
dujauhi atau dihindari, bahkan dia terus memndekat dan menghampiri. Hal cerdas
yang harus kita lakukann adalah mempersiapkan diri menghadapinya. Perbanyak amal
kebajikan dan bertaubat dari dosa. Jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya.
Terakhir
sebagai seorang muslim, jangan sambut tahun baru dengan meniup terompet karena
itu budaya yahudi, atau membunyikan lonceng karena itu ajaran nasrani, atau dengan
pesta kembang api karena itu ajaran majusi yang menyembah api. Sambutlah tahun
baru dengan melakukan muhasabah atau introspeksi diri, membersihkan diri dengan
bertaubat dan mempersiapkan diri dan mental menghadapi kematian yang terus
mendekat. Namun begitu, tetaplah bersemangat mengejar cita-cita dan impian.
Karena semua itu demi menggapai ridho Ilahi. (*)
Komentar
Posting Komentar