INI ALASAN KENAPA KITA HARUS BERMAZHAB

Penting kiranya faham akan urgensi riwayat hidup para Ulama Salaf. Kenapa para Imam Mazhab seperti Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi'i dan Ahmad, tidak menggunakan hadits shahih Bukhari dan shahih Muslim yg katanya merupakan 2 kitab hadits tershahih? Untuk tahu jawabannya, kita mesti paham sejarah.

Imam Abu Hanifah lahir tahun 80 H, imam Malik lahir tahun 93 H, imam Syafii lahir tahun 150 H dan Imam Ahmad lahir tahun 164 H.

Sedangkan imam Bukhori lahir tahun 196 H, Imam Muslim lahir tahun 202 H.
Artinya para imam Madzhab lebih dahulu lahir dari kedua muhadist tersebut.

Lalu, apakah hadits para Imam Mazhab lebih lemah dari Shohih Bukhari dan Shohih Muslim?

Jawabannya, justru sebaliknya.
Hadits-hadits para imam mazhab lebih kuat dari hadits - hadits para Imam Hadits, karena para imam mazhab hidup lebih awal daripada Imam - imam Hadits, Rosululloh bersabda :
خير الناس قرْني ثم الذيْن يلونهم ثم الذين يلونهم
Sebaik-baik manusia adalah pada kurunku, kemudian kurun sesudahnya (sahabat), kemudian yg sesudahnya (Tabi’in).” (HR. Mutafaqun Alaih)

Jadi kalau ada manusia zaman sekarang yg mengklaim sebagai ahli hadits, lalu menghakimi bahwa pendapat imam - imam Mazhab adalah salah dengan menggunakan alat ukur hadits - hadits Shohih Bukhori + Muslim, maka boleh dibilang orang itu adalah TIDAK PAHAM tarikh (sejarah).

Sadarilah oleh kita, bahwa para Imam Mazhab itu, seperti Imam Malik melihat langsung cara sholat puluhan ribu anak - anak sahabat Nabi di Madinah. Anak - anak sahabat ini belajar langsung ke Sahabat Nabi yang jadi bapak mereka. Jadi lebih kuat ketimbang 2-3 hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori 100 tahun kemudian.

Bahkan Imam Abu Hanifah bukan hanya melihat puluhan ribu anak-anak para sahabat, melainkan beliau telah berjumpa langsung dengan para sahabat Rasulullah.

Bahkan Imam Bukhori dan Imam Muslim, meski termasuk pakar hadits PALING TOP, mereka tetap bermazhab. Mereka mengikuti mazhab Imam Syafi’ie.

Berikut ini di antara para Imam Hadits yg mengikuti Mazhab Syafi’ie : imam Bukhori, Muslim, Abu Daud, an Nasa’i, Baihaqi, atTurmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Hajar Asqalani, an Nawawi, as-Suyuti, Ibnu Katsir dan lain-lain.

"Jika ada hadits yang (nampaknya) bertentangan dengan ajaran Imam Mazhab, maka yang kita pakai adalah ajaran Imam Mazhab. Bukan hadits tersebut"

Kenapa ssepertiitu?
Karena para Imam Hadits saja bermazhab.
Hampir seluruh imam Hadits, sekitar 75% mengikuti Mazhab imam Syafi’i.

Kenapa para imam hadits itu tidak pakai hadits mereka sendiri? Karena keilmuan agama mereka masih jauh di bawah para imam mazhab yang mengerti berbagai disiplin ilmu.

Cukup banyak orang awam yang tersesat karena mendapatkan informasi yang sengaja disesatkan oleh kalangan tertentu yang penuh dengan rasa dengki dan benci.
Menurut kelompok itu, Imam Mazhab yang 4 (Maliki, Hanafi, Syafi'i dan Hanbali) itu kerjaannya cuma merusak agama dengan mengarang-ngarang agama dan menambah-nambahi seenaknya.
Itulah fitnah kaum akhir zaman terhadap ulama salaf yang asli.

Padahal Imam Mazhab tersebut menguasai banyak hadits. Imam Malik merupakan penyusun Kitab Hadits al Muwaththa. Dengan jarak hanya 3 level perawi hadits ke Nabi, jelas jauh lebih murni ketimbang Shohih Bukhori yang jaraknya ke Nabi bisa sampai 6-7 level panjangnya.

Begitu juga dengan Imam Syafii, selain mumpuni ilmu Fiqih, ilmu ushul fiqih, ilmu balaghoh, ilmu tafsir, dan disiplin ilmu - ilmu agama lainnya, beliau juga sangat mumpuni dalam ilmu hadits. Beliau memiliki kitab hadits yang dikenal dengan nama Musnad Imam Syafii.

Sama halnya dengan Imam Ahmad, yang menguasai 750.000 hadits lebih dikenal sebagai Ahli Hadits ketimbang Imam Mazhab.

Jadi, kesimpulannya kenapa Para imam mazhab yang empat, sama sekali tidak pernah menggunakan hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhori -Muslim?

Pertama, karena mereka lahir jauh lebih dulu sebelum Imam Bukhori (Lahir 194 H) dan Imam Muslim (204 H dilahirkan).
Kedua, karena keempat imam mazhab itu merupakan pakar hadits paling top di zamannya. Tidak ada ahli hadits yang lebih baik dari mereka.

Ketiga, karena keempat imam mazhab itu hidup di zaman yang lebih dekat kepada Rosululloh dibanding Imam Bukhori, Muslim, maka hadits mereka lebih kuat dan lebih terjamin keasliannya ketimbang di masa - masa berikutnya.

Jika dalam teknologi, makin baru maka makin canggih. Seperti Komputer, HP, dsb makin ke sini makin bagus kualitasnya. Tapi kalau hadits Nabi, justru makin lama makin murni. Lebih dekat ke sumbernya, Rosululloh SAW.

Keempat justru Imam Bukhori, Muslim malah bermazhab Syafi’ie. Hal itu karena hadits yang mereka kuasai jumlahnya tidak memadai untuk menjadi Imam Mazhab.

Imam Ahmad berkata, untuk menjadi mujtahid, selain harus hafal Al Qur’an, juga harus menguasai minimal 500.000 hadits. Nah hadits Shohih yang dibukukan Imam Bukhori cuma 7000-an. Sementara Imam Muslim cuma 9000-an. Tidak cukup.

Ada beberapa tokoh yang anti terhadap Mazhab Fiqih yang 4 itu kemudian mengarang-ngarang sebuah nama khayalan yang tidak pernah ada dalam sejarah, yaitu "manhaj salaf ”.

Mereka talfiq mencampur sesuai selera dalam hal ber madzhab. Seolah-olah jika tidak ber manhaj salaf berarti tidak mengikuti ulama salaf?

Jikalau ada yang namanya manhaj salaf yang berfungsi sebagai metodologi istimbath hukum, lalu mana ushul fiqihnya?

Mana kaidah - kaidah yang digunakan dalam mengistimbathkan hukumnya?
Apakah cuma sekedar menggunakan sistem gugur, bila ada dua hadits, yang satu kalah shahih dengan yang lain, maka yang kalah dibuang? Lalu yang shohih wajib diikuti?
Lalu bagimana kalau ada hadits sama-sama dishohihkan oleh Bukhori dan Muslim, tetapi isinya bertentangan dan bertabrakan tidak bisa dipertemukan?

Imam Syafi’ie membahas masalah kalau ada beberapa hadits sama-sama shahihnya tetapi matannya saling bertentangan, apa yang harus kita lakukan?
Beliau telah menulis kaidah itu dalam kitabnya Ikhtilaaful Hadits.

Jika hanya baru tahu suatu hadits itu shohih, pekerjaan melakukan istimbath hukum belumlah selesai. Meneliti keshohihan hadits baru langkah pertama dari 23 langkah dalam proses istimbath hukum, yang hanya bisa dilakukan oleh para mujtahid.

Entah orientalis mana yang datang menyesatkan, tiba-tiba muncul generasi yang awam agama dan dicuci otaknya, dengan lancang menuduh keempat imam mazhab itu sebagai bodoh dalam ilmu hadits.

Hadits shahih versi Bukhori dibanding-bandingkan secara zahir dengan pendapat keempat mazhab, seolah-olah pendapat mazhab itu buatan manusia dan hadits shohih versi Bukhori itu datang dari Alloh yang sudah pasti benar. Padahal cuma Al Qur’an yang dijamin kebenarannya.
Hadits shohih secara sanad, belum tentu shohih secara matan.

Meski banyak hadits yang mutawattir secara sanad, sedikit sekali hadits yang mutawattir secara matan.

Orang - orang awam itu dengan seenaknya menyelewengkan ungkapan para imam mazhab itu dari maksud aslinya :
“Bila suatu hadits itu shohih, maka itulah mazhabku”.

Kesannya, para imam mazhab itu tidak paham dengan hadits shohih, lalu menggantungkan mazhabnya kepada orang - orang yang hidup jauh setelahnya hanya dengan berdasarkan hadits shohih.

Padahal para ulama mazhab itu menolak suatu pendapat, karena menurut mereka hadits yang mendasarinya itu tidak shohih. Maka pendapat itu mereka tolak sambil berkata, ”Kalau hadits itu shohih, pasti saya pun akan menerima pendapat itu. Tetapi berhubung hadits itu tidak shohih menurut saya, maka saya tidak menerima pendapat itu”.

Yang bicara bahwa hadits itu tidak shohih adalah profesor ahli hadits, yaitu para imam mazhab sendiri. Maka wajar kalau mereka menolaknya. Kalimat ungkapan tersebut untuk mereka para mujtahid bukan untuk kita para mukaliddin (pengekor ulama). (*)

Wallahu a'lam.

Komentar